Selasa, 28 Juni 2016

Land Development Analysis



LAND DEVELOPMENT METHOD
CONTOH
Tanah dengan luas 10,5 ha, cocok untuk dikembangkan sebagai daerah pemukiman karena jalan masuk memadai. Daerah sekitar tanah ini telah berkembang dan tersedia data tanah yang telah dikembangkan sebagai perumahan, data pertahun adalah sebagai berikut : tahun ke 1=15.000 m2, tahun ke 2=30.000 m2 dan sisanya terjual tahun ke 3. Tanah yang digunakan untuk sarana dan prasana kurang lebih 35%, Harga jual tanah matang Rp 45.000;/m2 dengan apresiasi harga tanah pertahun diperkirakan 15%

Asumsi2 :
1.Penentuan biaya pengembangan berdasarkan rencana pembangunan dan kondisi2 umum meliputi sarana pelengkap dan prasarana, pekerjaan pematangan tanah, survey, pembangunan jalan, system penyediaan air bersih, instalasi dan drainase
2.Seluruh pendapatan diperoleh dari hasil penjualan tanah kavling.
3.Biaya2 administrasi, perijinan dan biaya lainnya adalah wajar
4.Keuntungan yang wajar bagi developer/pengembang
Tanah yang dibangun luasnya 10,5 ha (105.000 m2)
Tanah yang digunakan untuk sarana dan prasarana kurang lebih 35% (36.750 m2)
Tanah yang dapat dijual/tanah efektif seluas 105.000 m2 – 36.750 m2 = 68.250 m2
Dalam penilaian tanah ini, diasumsikan bahwa kegiatan pembangunan dan penjualan tanah akan dilaksanakan secara bertahap dalam waktu 3 tahun
Nilai tanah diperoleh dengan menghitung nilai sekarang (present value) dari tanah efektif yang dapat dijual, yang diproyeksikan.
Nilai sekarang dari tanah ini ditentukan dengan menggunakan proses diskonto/diskon faktor dengan tingkat suku bunga 18 % pertahun
Tahun. Luas yg terjual(m2). Harga (Rp/m2). Pendapatan (Rp)
1 15.000 45.000 675.000.000
2 30.000 52.000 1.560.000.000
3 23.250 60.000 1.395.000.000

Jumlah yang diproyeksikan 3.630.000.000

Biaya yang diproyeksikan :
- Biaya ijinan :Rp. 126.494.000;
- Biaya umum, administrasi dan pemasaran :Rp. 145.697.000;
- Biaya pengembang sarana dan prasarana :Rp. 756.875.000;
- keuntungan developer (20%) :Rp. 726.000.000; (+)
Jumlah biaya yang diproyeksikan Rp. 1.755.066.000;

Nilai tanah mentah yang diproyeksikan =
Rp, 3.630.000.000; - Rp. 1.755.066.000; = Rp. 1.874.934.000;
Nilai tanah mentah yang diproyeksikan/m2 tanah matang adalah :
Rp. 1.874.934.000; : 68.250 = Rp. 27.471,56;

Thn. Ls tanah yg terjual. Nilai tanah yg diproyeksikan. Diskon faktor 18%. Nilai skr
1 15.000 412.073.400 0,8474576 349.214.746
2 30.000 824.146.800 0,7181844 591.889.400
3 23.250 638.713.770 0,6086309 388.740.919
Jumlah 1.329.845.065

Nilai tanah mentah per m2 = Rp. 1.329.845.065 : 105.000 = Rp. 12.665,19;
Dibulatkan Rp. 12.600;/m2

Bila nilai pasar dari tanah mentah, dapat diperoleh data jual belinya disekitar lokasi yang direncanakan untuk dikembangkan, misal Rp 11.500;/m2
Maka dari hasil penilaian berdasarkan metode data pasar dan penilaian berdasarkan metode pengembangan tanah (land development method) dapat digunakan proses berat (weight process)
Dalam menentukan perbandingan beratnya, ditentukan data mana yang lebih dapat dipercaya, asal sumber data, lokasi data, keadaan tanah dan lain2nya yang diperlukan dalam penilaian.
Apabila dari kedua metode tersebut diatas, data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas yang sama, maka perbandingan berat dengan metode perbandingan data pasar dan metode pengembangan tanah (land development methot) dapat diambil masing2 50%

Kesimpulan
Metode Penilaian. Perbandingan berat. Nilai Rp/m2. Nilai Pasar Rp/m2
Data Pasar 50% 11.500 5.750
Pengembangan Tanah 50% 11.600 6.300
Total 12.050
Dibulatkan 12.000

Jadi Nilai Pasar dari tanah tersebut adalah Rp. 12.000; permeter persegi

Analisis HBU

Analisis high and best value use (HBU)
Analisis high and best value use (HBU) adalah analisis terhadap daya guna tertinggi dan terbaik atas suatu properti.
Dalam penilaian, analisis HBU diperlukan untuk mengidentifikasi penggunaan properti yang paling menguntungkan dan kompetitif dalam rangka mengestimasi nilai properti.
Kekuatan pasar menghasilkan nilai. Karena itu interaksi antara kekuatan pasar dan konsep highest and best use sangat penting.
HBU dari sebidang tanah bukan hasil dari analisa subyektif dari pemilik/developer/penilai, melainkan dilahirkan dari kekuatan pasar dimana properti tersebut. Oleh karena itu analisis dan interpretasi HBU merupakan hasil studi ekonomi thd kekuatan pasar atas properti tsb

Hubungan Antara Market Analysis, Feasibility Analysis And Highest And Best Use
Market Analysis (Analisa Pasar)
  1. Untuk mengidentifikasi permintaan atas beberap alternatif jenis penggunaan
  2. Analisis permintaan dan penawaran untuk memperkirakan tingkat penyerapan pasar dan tingkat sewa yang memungkinkan
Feasibility Analysis (Studi Kelayakan)
  1. Untuk menentukan nilai properti berdasarkan kriteria tertentu, seperti ROR, nilai lahan sisa
  2. Perhitungan NOI/cash flows and penentuan tingkat kapitalisasi/diskonto yang sesuai untuk menentukan nilai properti
Highest and Best Use (Penggunaan tertinggi & Terbaik)
  1. Menentukan jenis penggunaan yang menghasilkan nilai properti paling maksimal
  2. Menentukan spesifikasi properti dalam hal jenis penggunaan, waktu, dan pasar
Penilai harus membedakan antara HBU atas tanah kosong (vacant land) dan HBU atas tanah yang telah dibangun (improved).

Empat kriteria dalam penentuan higest and best use
  1. Diijinkan secara hukum (legally permissible)
    Untuk menentukan jenis penggunaan potensial mana yang paling diijinkan oleh peraturan2 pemerintah, zoning, IMB, peraturan lain terkait dgn lingkungan dan kawasan khusus/bersejarah.
  2. Memungkinkan utk dibangun/digunakan Secara fisik (physically possible)
    Untuk menentukan jenis penggunaan potensial mana yang paling memungkinkan dibangun terkait dengan kondisi fisik lahan, lingkungan dan aksesibilitas serta resiko bencana yang mungkin terjadi
  3. Layak dari segi keuangan/pembiayaan (financially feasible)
    Menentukan jenis penggunaan mana yang paling mungkin dibiayai dan menghasilkan keuntungan tertinggi bila dibandingkan dengan biaya pembangunan/operasional yang dikeluarkan.
  4. Menghasilkan manfaat/produksi yang paling maksimal (maximally productive)
    Menentukan jenis penggunaan potensial yang menghasilkan nilai sisa tanah tertinggi atau yang memiliki tingkat permintaan pasar paling tinggi.

HBU Tanah Kosong
Apa jenis penggunaan yang paling sesuai atas tanah kosong tersebut?
Harus dipertimbangkan kaitannya dengan seluruh penggunaan potensial.
Dua alasan perlunya mengidentifikasi HBU tanah kosong dalam penilaian
1) Untuk mengestimasikan nilai tanah secara terpisah
2) Untuk mengidentifikasi penjualan tanah kosong sebagai data pembanding

HBU Properti yang Telah Dibangun
HBU properti yg telah dibangun adalah jenis penggunaan yang dapat memaksimalkan nilai investasi properti, konsisten dgn tingkat pulangan jangka panjang dan resiko terkait.
Jika penambahan modal memungkinkan utk mengubah jenis penggunaan saat ini (existing use) menjadi beberapa jenis penggunaan potensial yg lain, harus diperhatikan seberapa besar tingkat pulangan yang dihasilkan oleh masing2 jenis penggunaan tsb terkait dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan.
Dua alasan perlunya analisa HBU atas properti yg telah dibangun.
  1. Untuk mengidentifikasi jenis properti yang diharapkan dapat menghasilkan tingkat pulangan tertinggi.
  2. Untuk membantu proses identifikasi data pembanding.

Hubungan antara Analisis Pasar dan Analisis HBU
  1. Sesuai prinsip penilaian, untuk menghasilkan nilai yang optimum, perlu interaksi antara “Highest and Best Use” (Daya Guna Tertinggi dan Terbaik” dan kekuatan pasar (penawaran dan permintaan);
  2. Prinsip Penawaran dan Permintaan Properti
    Nilai pasar ditentukan oleh interaksi kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Oleh karena itu pengaruh kekuatan-kekuatan yang ada di pasar harus dianalisis dan dievaluasi dengan cermat dalam menentukan nilai.
  3. Analisis Pasar membantu penilai untuk memperkirakan potensi permintaan dan penawaran properti subyek dengan jenis penggunaan tertentu (existing use maupun potensial use).

Analisis Pasar & HBU
Aspek kelayakan pasar sangat berguna untuk menentukan jenis penggunaan yang paling optimum atas suatu properti, baik dalam penentuan penggunaan tanah kosong maupun properti yang telah dibangun
Analisis Pasar Tanah Kosong
Besar kecilnya kekuatan permintaan tanah mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan atas tanah dan pertumbuhan properti di wilayah tersebut
Analisis Pasar atas Properti yang Telah Dibangun
Apabila properti dengan jenis penggunaan tertentu memiliki tingkat permintaan rendah maka jenis penggunaan tersebut kemungkinan besar menghasilkan tingkat pulangan yang rendah (kurang layak dari segi keuangan) dan tingkat hunian yang rendah (kurang dapat berproduksi secara maksimal)
Analisis pasar tidak hanya terbatas untuk saat ini akan tetapi juga estimasi penawaran dan permintaan properti dalam jangka panjang
Data penawaran property
Inventarisasi data penawaran meliputi:
  1. Unit sewa
  2. Properti yang telah terjual
  3. Properti yang sedang ditawarkan di pasar
  4. Properti yang akan masuk ke pasar
Penyelidikan penawaran disamping kompetisi yang ada sekarang, juga harus meliputi proyek prospektif yang akan bersaing di masa datang
Data permintaan pesaing
  1. Untuk mendapatkan data ini dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan inventarisasi penawaran, yaitu dengan melakukan analisis permintaan prospektif untuk properti yang dinilai.
  2. Penilai tidak dapat berasumsi bahwa penggunaan saat ini merupakan penggunaan yang akan terus ada dimasa datang, bahkan dalam pasar stabil sekalipun.
  3. Dalam beberapa kasus, penilai dapat menggunakan data yang disusun oleh perusahaan riset pasar khusus.
  4. Bagaimanapun penilai harus memiliki pengertian mengenai teknik riset pasar dan ketrampilan penelitian mengenai permintaan yang mendasar.

    Definisi High and The Best Use

Kegunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) dapat didefinisikan sebagai Penggunaan yang paling memungkinkan dan diijinkan dari suatu tanah kosong atau tanah yang sudah dibangun, yang mana secara fisik memungkinkan, didukung/dibenarkan oleh peraturan, layak secara keuangan dan menghasilkan nilai tertinggi.

Untuk memahami kejelasan perbedaan di antara penggunaan tertinggi dan terbaik dari tanah kosong dengan properti yang telah terbangun, maka andaikan sebuah properti rumah tinggal. Jika properti tersebut berlokasi di kawasan yang dizoningkan untuk kegunaan komersial, maka produktifitas maksimum dari tanah kosong tersebut adalah lebih didasarkan pada kegunaan komersial. Namun bila ada kompetisi yang cukup untuk penggunaan sebagai rumah tinggal; maka kegunaan tertinggi dan terbaik dari properti yang telah terbangun adalah untuk penggunaan sebagai tempat tinggal (residential).
Kegunaan tertinggi dan terbaik dari sebidang tanah tertentu tidak tergantung pada analisis subjektif dari pemilik properti, pengembang atau penilai sekalipun, tetapi kegunaan tertinggi dan terbaik dibentuk oleh kekuatan persaingan pada pasar dimana properti terletak. Kekuatan pasar ini selanjutnya akan membentuk nilai pasar. Data umum yang dikumpulkan dan dianalisis untuk mengestimasi nilai properti juga digunakan oleh penilai untuk memformulasikan sebuah opini dari kegunaan tertinggi dan terbaik dari suatu properti pada tanggal penilaian tertentu.
Secara tradisional, analisis kegunaan tertinggi dan terbaik selalu dikaitkan dengan analisis residual tanah (land residual analysis), yaitu diturunkan dari ekonomika klasik. Dalam analisis residual tanah klasik, nilai adalah atribut yang melekat pada pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya pengembangan (improvement cost).

     


     

SEKTOR PROPERTY DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH


Tugas Makalah Mata Kuliah Integrasi Kebijakan dan Perencanaan SDA
Sekolah Pasca Sarjana USU Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Pedesaan.
Dosen : Dr. Agus Purwoko, S.Hut,M.Si
Oleh : Arie Sasmita  Nim : 117003040
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan ekonomi nasional, industri properti pada umumnya juga mengalami peningkatan yang searah. Meningkatnya aktivitas pada industri properti dapat dijadikan petunjuk mulai membaiknya atau bangkitnya kembali kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, kegiatan di bidang properti dapat dijadikan indikator seberapa aktifnya kegiatan ekonomi secara umum yang sedang berlangsung. Namun demikian, perkembangan industri properti perlu dicermati secara hati-hati karena dapat memberikan dampak pada dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, industri properti dapat menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi karena meningkatnya kegiatan di bidang properti akan mendorong naiknya berbagai kegiatan di sektor-sektor lain yang terkait. Dalam hal ini sektor properti memiliki efek pelipatgandaan (multiplier effect) yakni dengan mendorong serangkaian aktivitas sektor ekonomi yang lain. Seluruh kegiatan ekonomi baik dalam bidang jasa maupun barang pada dasarnya akan selalu membutuhkan produk properti sebagai salah satu faktor produksi. Sebagai contoh, kegiatan jasa perbankan yang memberikan jasa keuangan juga masih memerlukan adanya produk properti secara aktif sebagai tempat atau sarana untuk melakukan transaksi. Demikian pula, kegiatan produksi atau perdagangan maupun perkebunan/pertanian akan selalu membutuhkan produk properti sebagai sarana kegiatannya. Dengan demikian, kebutuhan akan produk properti akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi suatu wilayah.
Pengertian Properti
Properti is something that is owned, yaitu sesuatu yang dapat dimiliki atau apa saja yang dapat dijadikan objek kepemilikan. Sementara itu pengertian dari Real Property is the interest, benefit and rights inherent in the ownership of real estate    yang    berarti    kepentingan,    keuntungan    dan    hak-hak    yang    menyangkut kepemilikan   tanah   dan   bangunan   beserta   perbaikan   yang   menyatu   terhadapnya (Rafitas, 2005) . Properti terdiri dari :
a ) Aset berwujud (Tangible Property) yang terdiri dari:
1.      Real     Property     yang     terdiri     dari     tanah,     bangunan     dan     prasarana,     serta pengembangan lainnya.
2.      Personal Property yang terdiri dari mesin dan peralatan, kendaraan, peralatan kantor, fixtures dan furnitures serta building equipment
b ) Aset  tak berwujud (Intangible  Property)  yang terdiri dari  goodwill,personal guarantee, francises, trade mark, patent, dan copy right.
c ) Surat-surat berharga (Marketable Securities) yang terdiri dari saham, tabungan dan promissary notes.
Dalam perkembangannya, real properti yang dibangun dan dikembangkan
di        muka        bumi         sesuai        dengan        pemilik         dan        pelaksana
pembangunannya/pengembang terbagi atas:
1)            Properti Primer (Primary), yaitu properti yang dibangun dan dimiliki oleh badan institusi yang tergabung dalam Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) sebagai developer anggota REI yang terdiri dari beberapa grup besar properti, konsorsium, dan/atau   joint venture.
2)            Properti Sekunder (Secondary), yaitu properti yang dibangun dan dimiliki oleh individual seperti kontraktor, investor, owner, dan user   sendiri.

Bangunan dalam bisnis properti berdasarkan penggunaannya dibagi atas:
1.            Bangunan     Komersial     yang     terdiri     dari     bangunan     perkantoran,     ruko, pertokoan, serta hotel dan motel.
2.            Bangunan     Perumahan yang          terdiri      dari      rumah      tinggal      dan kondominium/apartemen.
3.            Bangunan    Industri    yang    terdiri    dari    industri    berat,    industri    ringan    dan gudang, gudang dan kantor, pergudangan, dan industrial parks.
4.            Bangunan Fasilitas Umum yang terdiri dari rumah sakit, perguruan tinggi, gedung-gedung pemerintah, dan SPBU/pompa bensin
5.            Bangunan Hiburan yang terdiri dari bioskop, lapangan golf, museum, sarana olahraga, convention center, dll.
Kaitan Sektor Property dalam Pengembangan Wilayah
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Salah satu bentuk dari migrasi adalah urbanisasi. Adanya urbanisasi mengakibatkan penduduk kota yang dituju menjadi bertambah. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perpindahan penduduk ke daerah lain, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor). Yang menjadi faktor pendorong adalah keadaan daerah asal, seperti sudah tidak tersedia lapangan pekerjaan, sedangkan faktor penariknya berasal dari kota yang dituju. Kota tersebut memiliki lapangan pekerjaan yang lebih beragam, banyak fasilitas umum atau fasilitas sosial (sarana kesehatan, pendidikan, keuangan, dan lain-lain), juga tempat rekreasi/wisata. Contoh kasus pada Kota Bogor merupakan salah satu hinterland Jakarta. Jarak antara kedua kota tersebut tidak jauh dan dapat dijangkau oleh alat transportasi darat yang telah tersedia. Lagipula, kota Bogor juga dekat dengan kawasan wisata, seperti Puncak. Kebun Raya Bogor juga dapat dijadikan tempat wisata sekaligus menambah pengetahuan mengenai sejarah Bogor maupun pengetahuan mengenai tumbuh – tumbuhan. Iklim dan topografi kota Bogor mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan Jakarta atau daerah hinterland lainnya. Udaranya pun sejuk dengan curah hujan yang tinggi dan topografinya berbukit-bukit. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk menjadi komuter, bekerja di Jakarta dan memilih memiliki rumah di Bogor.
Pembangunan properti merupakan salah satu bentuk perubahan penggunaan lahan. Lahan-lahan yang tersedia dimanfaatkan dengan mendirikan perumahan, pusat-pusat perbelanjaan, dan bentuk properti lainnya. Dengan adanya bangunan – bangunan properti tersebut, dampak positif yang dapat terjadi adalah properti menjadi multiplier effect karena dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor bangunan, dan menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat. Sektor Bangunan/Konstruksi selama 5 tahun terakhir (2001-2005) memberikan kontribusi rata-rata 7,73 persen terhadap PDRB daerah, dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,94 persen. Sub Sektor Bangunan/Konstruksi mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) atau sarana lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun perorangan.
Dampak negatif dari pembangunan properti adalah hilangnya sebagian harta tetap (tanah) yang dimiliki oleh masyarakat akibat transaksi jual beli lahan antara developer dan masyarakat. Walaupun dapat mendatangkan penghasilan bagi masyarakat akibat adanya penjualan lahan, pembangunan properti dapat memiskinkan masyarakat. Proses pemiskinan tidak hanya terjadi akibat adanya pembebasan lahan dan penurunan pendapatan yang dialami oleh masyarakat, tetapi juga diakibatkan oleh pembangunan properti yang tidak sesuai dengan tata ruang, dan adanya penurunan penegakan hukum.
Pembangunannya harus sesuai dengan rencana tata ruang kota. Apabila pembangunannya tidak sesuai dengan rencana atau RTRW maka dapat mengakibatkan masalah di kemudian hari. Pemerintah Daerah (Pemda) yang tidak mempunyai tata ruang kota yang pasti akan membuat tata ruang tersebut dilakukan seperti yang diinginkan oleh pengembang secara sepihak. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah tidak memadainya saluran air (drainase) kota. Saluran air yang tidak memadai akan mengakibatkan air hujan tidak tertampung dan mengalir dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan banjir dan kerusakan pada jalan raya. Kemacetan pun dapat terjadi akibat lokasi bangunan properti yang berdekatan. Hal ini juga diakibatkan oleh kendaraan angkutan umum yang menunggu penumpang di depan bangunan properti tersebut. Selain itu, dapat membuat masyarakat menjadi konsumen terus menerus dengan banyaknya mall, dan pusat perbelanjaan lainnya (konsumtif). Hal ini juga dapat dikategorikan sebagai pemiskinan masyarakat. Jadi, pemiskinan yang terjadi tidak hanya dilihat dari hilangnya sumber daya lahan atau faktor kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Pemiskinan juga terjadi pada perilaku masyarakat.
Pembangunan wilayah memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional suatu negara. Tujuan dari pembangunan wilayah ini sama dengan pembangunan secara umum, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuan dari pembangunan wilayah tersebut dapat dijelaskan secara sektoral yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan mayarakat. Pendekatan secara sektoral ini menyangkut hasil produksi, pendapatan, lapangan kerja, maupun investasi dan kredit yang digunakan. Sama halnya dengan pembangunan secara umum, sektor-sektor yang termasuk dalam pembangunan wilayah ini adalah sektor pertanian, pertambangan, konstruksi (bangunan), perindustrian, perdagangan, perhubungan, keuangan dan perbankan, dan sektor jasa. Dalam konteks penelitian ini, properti termasuk ke dalam sektor konstruksi (bangunan).

Daftar Pustaka
Adisasmita, H. R. 2005. Dasar- dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Jakarta.
Anonim. 2008. Bogor dan Depok Pemasok Terbesar Perumahan Baru di Jabodetabek www.republika.co.id [2 Februari 2008]
Badan Pertanahan Nasional. 2008. Rekapitulasi Bidang Tanah Berserifikat di Kota Bogor. Badan Pertanahan Nasional, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2005. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005. BPS Pusat, Jakarta.
Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar     Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Cetakan 1. LP3ES, Jakarta.
Furi, D. R. 2007. Implikasi Konversi Lahan Terhadap Aksesibilitas Lahan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa (Kasus Pembangunan Dramaga Pratama di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hakim, DR. N. 1986. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandarlampung.
Hudiyanto. 2004. Ekonomi Politik. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Marisan, M. 2006. Analisis Inkonsistensi Tata Ruang Dilihat dari Aspek   Fisik Wilayah: Kasus Kabupaten dan Kota Bogor. Sekolah Pascasarjana- IPB
Marx, K. 2007. Capital : A Critique of Political Economy, Volume III The Process of Capitalist Production as A Whole. Oey Hay Djoen [penerjemah]. Hasta Mitra, Surabaya.
Ningsih, E. S. 2007. Dampak Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap Penyerapan dan Pengurangan Tenaga Kerja di Kota Bogor. Departemen Ilmu Ekonomi. FEM – IPB.
Nugroho, I. dan R. Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah, Perpektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Pengantar : Gunawan sumodiningrat. LP3ES, Jakarta.
Nurhasanah. 2004. Konsistensi Rencana Tata Ruang di Kawasan Jabodetabek. Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Tanah. FAPERTA-IPB.
Prayitno, H. dan Santosa, B. 1996. Ekonomi Pembangunan. Jakarta, Ghalia Indonesia
Pribadi, S. 2003. Analisis Spasial Pola Penggunaan Lahan di Jabotabek. Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Tanah. FAPERTA-IPB.
Rachbini, D. J. 2001. Politik Ekonomi Baru Menuju Demokrasi Ekonomi. PT Grasindo, Jakarta.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia     Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Utomo, M., E. Rifai, dan A. Thahar. 1992. Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Universitas Lampung, Bandarlampung.
Wikipedia. 2007. Pembangunan Ekonomi.
Wikipedia. 2007. Properti. http://.id.wikipedia.org/wiki/Properti [18 Desember 2007]
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan. Jakarta, Akademika Persindo.
Yustika, A. E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan   Strategi. Bayumedia Publishing, Malang.
Nindya Rasmi M. 2009. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Pertanian IPB: Dampak Pembangunan Property Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kota Bogor.
Gantiah Wuryandani, Martinus Jony Hermanto, Reska Prasetya. Desember 2005. Prilaku Pembiayaan Dalam Industri Properti.

Sample Text

Popular Posts

Recent Post

Contact

Probthemes.com

CoolBthemes.com

Random post